Rabu, 05 September 2012


Menghilangkan kenangan buruk, apa mungkin?
Untuk kita yang sedang resah hatinya. Mencoba mengubur kasih sayang dengan kebencian. Mencoba membakar lembaran kenangan yang terlanjur ditulis oleh waktu. Ingat ini ya, kita memang bisa mencabik lembarannya, tapi kta akan tetap bisa  lihat buku itu ada coretannya. Atau kita bisa bakar buku itu tapi abunya tak akan benar benar diterbangkan angin seluruhnya. Sedikit banyaknya akan tersisa. Mungkin ini mengapa Tuhan tak membuat kita amnesia ketika masalah baru saja berlalu dari kehidupan kita. Kalaupun masalah itu tak selesai hari ini, dan hatimu masih resah, itu karena Tuhan ingin kau belajar dan membangun kekuatan untuk tetap menyelesaikannya. Itu mengapa kita tak tiba tiba mati ketika masalah sulit sekalipun menimpa kita. Tuhan menyuruh kita belajar. Atau kita akan jadi pelajaran bagi orang orang terkasih kita.

Maka menghilangkan kenangan adalah pilihan yang tak akan pernah terjadi seutuhnya.  Sekalipun  kita berdoa minta amnesia. Kita perlu jatuh dari lantai tiga sebuah hotel atau menabrakan diri ke mobil. Bayangkan jika kau jadi lumpuh tapi ingatan tentang kesakitan itu masih utuh. Tak ada yang lebih menyedihkan dari pada itu. Begini saja, apa oksigen yang kau hirup hari ini adalah oksigen kemarin? Tentu tidak. Itu berganti setiap hari. Maka memikirkan hal baru setiap hari adalah lebih baik untuk kita daripada memikirkan masalah tiga hari kebelakang. Buka pikiranmu untuk memikirkan masalah baru daripada memikirkan sakit hatimu.

Dia itu, yang dikirim Tuhan untuk sedikit membuat goresan goresan kecil dalam hati kita, adalah pengingat untuk kesalahan yang mungkin pernah kita lakukan. Bukankah apa yang kita lakukan adalah yang kita terima. Siapa tahu, kita pun pernah menaruh goresan kecil dengan tema yang sama dihati orang lain. Lalu orang itu sakit hati. Tapi kita tak menyadarinya. Dia pun mungkin sedang berusaha menghilangkan kenangan buruk itu dihatinya. Lalu kabar bahwa kita disakiti orang lain untuk masalah yang sama sampai ketelinganya. Dia merasa senang, menganggap bahwa itu adalah karena rasa sakit yang dirasakannya, menganggap bahwa sakit hatinya terbalaskan, lalu dia baru bisa benar benar melupakannya. Sakit hati kita kadang membuat orang lain lepas dari kesakitan mereka. Bukankah itu membanggakan?

Ikhlas itu susah. Tapi mari sama sama kita coba untuk melakukannya. Balas menyakiti hanya akan menambah penatmu untuk kenangan buruk itu. Coba kita berbuat baik pada orang lain setelah disakiti. Mungkin setelah ini tak ada kesakitan kesakitan lagi yang akan kita terima. Sebab kita hanya melakukan yang baik bukan. Yah, membalas sesuatu yang  menyakitkan dengan kebaikan. Itu mulia sekali, kau tau itu.
Kita yang sedang sakit hatinya, ikhlaskan segalanya ya. Dia telah berlalu, tapi Tuhan masih dihatimu kan. Apa kau pikir dia harusnya ada pengaruhnya terhadap hidupmu. Kesakitan yang dilakukannya apakah akan menghentikan nafasmu? Tentu saja tidak. Jadi cobalah tidak perduli. Coba lah untuk tidak berpikir ingin balas dendam, atau membencinya. Itu sama saja kau masih memikirkannya. Dia, anggap saja satu fase yang memang harus kau lalui sebelum masa kebijakanmu terhadap kemampuan mu memilih teman bertambah peka. Kau akan lebih berhati hati setelah ini. Jangan lupakan kenangannya. Tapi belajar lah dari kenangan itu.
 
Maafkanlah. Kau pikir dengan sakit hati sepanjang hidup akan menentramkan hidupmu? Yang ada penyiksaan itu berlanjut dihatimu. Memaafkan itu dimana mana mulia. Apa ada orang yang gagal karena memaafkan. Memaafkan itu sifat Tuhan, maka harusnya itu juga menjadi sifat kita yang bukan apa apa ini. Memaafkan itu memasukkan lebih banyak oksigen kedalam paru parumu, sehingga kau lebih nyaman bernafas. Memaafkan itu membuat Tuhan mudah menggantikan kesakitanmu dengan kebaikan kebaikan yang akan menutup kesedihan itu. Jadilah pemaaf.

0 komentar :

Posting Komentar