Menghilangkan kenangan buruk, apa mungkin?
Untuk kita yang sedang resah hatinya. Mencoba
mengubur kasih sayang dengan kebencian. Mencoba membakar lembaran kenangan yang
terlanjur ditulis oleh waktu. Ingat ini ya, kita memang bisa mencabik
lembarannya, tapi kta akan tetap bisa lihat
buku itu ada coretannya. Atau kita bisa bakar buku itu tapi abunya tak akan
benar benar diterbangkan angin seluruhnya. Sedikit banyaknya akan tersisa.
Mungkin ini mengapa Tuhan tak membuat kita amnesia ketika masalah baru saja berlalu
dari kehidupan kita. Kalaupun masalah itu tak selesai hari ini, dan hatimu
masih resah, itu karena Tuhan ingin kau belajar dan membangun kekuatan untuk
tetap menyelesaikannya. Itu mengapa kita tak tiba tiba mati ketika masalah
sulit sekalipun menimpa kita. Tuhan menyuruh kita belajar. Atau kita akan jadi
pelajaran bagi orang orang terkasih kita.
Maka menghilangkan kenangan adalah pilihan
yang tak akan pernah terjadi seutuhnya. Sekalipun kita berdoa minta amnesia. Kita perlu jatuh
dari lantai tiga sebuah hotel atau menabrakan diri ke mobil. Bayangkan jika kau
jadi lumpuh tapi ingatan tentang kesakitan itu masih utuh. Tak ada yang lebih
menyedihkan dari pada itu. Begini saja, apa oksigen yang kau hirup hari ini adalah
oksigen kemarin? Tentu tidak. Itu berganti setiap hari. Maka memikirkan hal
baru setiap hari adalah lebih baik untuk kita daripada memikirkan masalah tiga
hari kebelakang. Buka pikiranmu untuk memikirkan masalah baru daripada
memikirkan sakit hatimu.
Dia itu, yang dikirim Tuhan untuk sedikit
membuat goresan goresan kecil dalam hati kita, adalah pengingat untuk kesalahan
yang mungkin pernah kita lakukan. Bukankah apa yang kita lakukan adalah yang
kita terima. Siapa tahu, kita pun pernah menaruh goresan kecil dengan tema yang
sama dihati orang lain. Lalu orang itu sakit hati. Tapi kita tak menyadarinya.
Dia pun mungkin sedang berusaha menghilangkan kenangan buruk itu dihatinya.
Lalu kabar bahwa kita disakiti orang lain untuk masalah yang sama sampai
ketelinganya. Dia merasa senang, menganggap bahwa itu adalah karena rasa sakit
yang dirasakannya, menganggap bahwa sakit hatinya terbalaskan, lalu dia baru
bisa benar benar melupakannya. Sakit hati kita kadang membuat orang lain lepas
dari kesakitan mereka. Bukankah itu membanggakan?
Ikhlas itu susah. Tapi mari sama sama kita
coba untuk melakukannya. Balas menyakiti hanya akan menambah penatmu untuk
kenangan buruk itu. Coba kita berbuat baik pada orang lain setelah disakiti.
Mungkin setelah ini tak ada kesakitan kesakitan lagi yang akan kita terima.
Sebab kita hanya melakukan yang baik bukan. Yah, membalas sesuatu yang menyakitkan dengan kebaikan. Itu mulia
sekali, kau tau itu.
Kita yang sedang sakit hatinya, ikhlaskan
segalanya ya. Dia telah berlalu, tapi Tuhan masih dihatimu kan. Apa kau pikir
dia harusnya ada pengaruhnya terhadap hidupmu. Kesakitan yang dilakukannya
apakah akan menghentikan nafasmu? Tentu saja tidak. Jadi cobalah tidak perduli.
Coba lah untuk tidak berpikir ingin balas dendam, atau membencinya. Itu sama
saja kau masih memikirkannya. Dia, anggap saja satu fase yang memang harus kau
lalui sebelum masa kebijakanmu terhadap kemampuan mu memilih teman bertambah
peka. Kau akan lebih berhati hati setelah ini. Jangan lupakan kenangannya. Tapi
belajar lah dari kenangan itu.
Maafkanlah. Kau pikir dengan sakit hati
sepanjang hidup akan menentramkan hidupmu? Yang ada penyiksaan itu berlanjut
dihatimu. Memaafkan itu dimana mana mulia. Apa ada orang yang gagal karena
memaafkan. Memaafkan itu sifat Tuhan, maka harusnya itu juga menjadi sifat kita
yang bukan apa apa ini. Memaafkan itu memasukkan lebih banyak oksigen kedalam
paru parumu, sehingga kau lebih nyaman bernafas. Memaafkan itu membuat Tuhan
mudah menggantikan kesakitanmu dengan kebaikan kebaikan yang akan menutup
kesedihan itu. Jadilah pemaaf.
0 komentar :
Posting Komentar